PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) terus melakukan langkah diversifikasi portofolio bisnisnya, khususnya di sektor energi panas bumi. Bekerja sama dengan Ormat Technologies Inc, perusahaan mendirikan perusahaan patungan bernama PT Toka Tindung Geothermal (TTG) pada tahun 2021, yang bertujuan untuk memanfaatkan potensi energi panas bumi di Bitung, Sulawesi Utara.
Fokus TTG saat ini adalah menunggu izin eksplorasi, menyusul pengajuan legalisasi entitas ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Rudy Suhendra, CEO Archi Indonesia, menekankan pentingnya langkah ini untuk memudahkan kegiatan eksplorasi selanjutnya.
“Saat ini kami sedang menunggu persetujuan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Langkah selanjutnya adalah mendapatkan izin eksplorasi,” kata Rudi sambil menyoroti aspek prosedural dalam usaha tersebut.
Pembentukan TTG sejalan dengan tujuan pemerintah untuk meningkatkan sumber energi terbarukan, sehingga berkontribusi terhadap agenda nasional pengembangan energi berkelanjutan. Struktur kepemilikan usaha tersebut, sebagaimana dituangkan dalam Perjanjian Pembelian Listrik (PPA), mencerminkan 75% saham Ormat dan 25% kepemilikan Archi.
“Kapasitas yang dibahas dengan Kementerian adalah 40 MW, melampaui ekspektasi awal kami. Proyek ini menjanjikan penyediaan sumber daya tambahan, khususnya bagi kami dan wilayah Sulawesi Utara,” tambah Rudi, menggarisbawahi potensi dampak proyek ini terhadap pasokan energi regional.
Archi Indonesia Tbk, yang terkenal sebagai salah satu perusahaan pertambangan emas terbesar di Asia Tenggara, memiliki pengalaman operasional selama lebih dari 13 tahun di Tambang Emas Toka Tindung, yang terletak di Sulawesi Utara. Melalui anak perusahaannya, PT Meares Soputan Mining (MSM) dan PT Tambang Tondano Nusajaya (TTN), Archi telah mempertahankan catatan operasional yang berkelanjutan sejak didirikan pada tahun 2010.
Sebelumnya pada tahun 2024, Archi Indonesia Tbk mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang memutuskan untuk tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2023. Rudi Suhendra mencontohkan fokus perusahaan saat ini pada pemanfaatan arus kas untuk peningkatan operasional dan inisiatif pengembangan sebagai alasan di balik keputusan ini.
Perusahaan Patungan Baru ARCI dan Ormat di Bidang Geotermal
Kinerja keuangan Archi Indonesia Tbk pada tahun 2023 menunjukkan laba periode yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar USD 14,57 juta, sedikit meningkat dari USD 14,55 juta pada tahun 2022. Peningkatan laba ini sejalan dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 15,32%, dengan total USD 249,63 juta pada tahun 2023 dibandingkan dengan USD 216,48 juta pada tahun 2022.
Selain itu, perusahaan menyaksikan peningkatan produksi bijih emas sebesar 11%, mencapai 123,3 koz pada tahun 2023, hal ini disebabkan oleh dampak positif dari kembalinya operasi Lubang Araren setelah terjadinya tanah longsor pada tahun 2022. Peningkatan produksi dan harga emas berkontribusi terhadap peningkatan volume penjualan, pada tahun 2023 penjualan sebesar 120,6 koz, naik 2,80% dari tahun 2022.
Harga saham Archi Indonesia Tbk melonjak 2,24% menjadi Rp 274 per saham pada penutupan perdagangan 6 Juni 2024, mencerminkan kepercayaan investor terhadap inisiatif strategis dan kinerja keuangan perseroan.
Pada Agustus 2023, perseroan dan anak perusahaan mendapatkan fasilitas pinjaman sindikasi senilai USD 365 juta untuk mendukung belanja modal terkait Lubang Araren dan penambahan cadangan melalui kegiatan eksplorasi. Transaksi tersebut, yang berjumlah sekitar 147% dari ekuitas konsolidasi berdasarkan laporan keuangan auditan tahun 2022, menggarisbawahi komitmen perusahaan terhadap pertumbuhan strategis dan keunggulan operasional.
Dengan pinjaman sindikasi ini, Archi Indonesia Tbk dan anak-anak perusahaannya siap untuk memperkuat posisi mereka di sektor pertambangan sambil merambah eksplorasi energi berkelanjutan, sehingga berkontribusi terhadap transisi energi dan tujuan pembangunan ekonomi Indonesia.