PT Indika Energy Tbk. (INDY) punya target besar nih, mereka ingin pendapatan dari bisnis non-batu bara bisa mencapai 50% pada tahun 2028. Sebelumnya, target ini dipatok pada 2025, tapi mereka memutuskan untuk memundurkannya sedikit.
Azis Armand, Wakil Presiden Indika Energy, menjelaskan bahwa mereka berharap setengah dari pendapatan perusahaan bisa berasal dari bisnis non-batu bara pada tahun 2028. Tapi, sampai akhir September 2024, 87% dari total pendapatan INDY masih datang dari bisnis batu bara. Sisanya, sekitar 13%, baru berasal dari bisnis non-batu bara.
“Jadi, sampai akhir tahun mungkin sekitar 87%, nggak beda jauh ya. Sisanya 13% itu dari non-batu bara,” kata Azis setelah presentasi publik INDY di Jakarta, Rabu (20/11/2024).
INDY punya harapan besar dengan tambang emas PT Masmindo Dwi Area, yang lagi ngembangin tambang emas Awakmas di Sulawesi Selatan. Rencananya, tambang emas ini bakal mulai beroperasi di semester kedua 2026. Selain itu, mereka juga berharap pendapatan ke depannya bakal datang dari bisnis engineering dan konstruksi lewat Tripatra, serta sektor kendaraan listrik lewat Alva, Energi Makmur Buana, dan Kalista.
Namun, Direktur INDY, Retina Rosabai, bilang kalau target pendapatan 50% dari non-batu bara pada 2028 itu nggak mudah. “Ekspansi yang kami lakukan di non-batu bara 80% belum menghasilkan. Jadi yang menghasilkan itu masih sangat minimal,” ujar Retina.
Hingga sembilan bulan pertama 2024, pendapatan terbesar INDY masih datang dari Kideco, yang menyumbang 77% dari total pendapatan. Sementara itu, 1% masih berasal dari MUTU yang sudah didivestasikan awal tahun ini. Lalu, ada juga 7% dari bisnis coal trading, 9% dari Tripatra, 2% dari Interport, 3% dari Interport-Cotrans, dan 2% dari pendapatan lainnya.
Sebagai informasi, INDY mencatatkan pendapatan sebesar US$1,78 miliar dan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$34,4 juta selama periode 9 bulan 2024. Namun, pendapatan mereka turun 22,4%, sebagian besar karena Kideco Jaya Agung yang mengalami penurunan pendapatan hingga 17,7%, menjadi US$1,4 miliar, akibat harga jual batu bara yang turun. Penurunan pendapatan INDY juga dipengaruhi oleh divestasi perusahaan tambang batu bara Multi Tambangjaya Utama (MUTU), serta penurunan kontribusi dari bisnis perdagangan batu bara.