Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan mengakhiri masa jabatannya pada 20 Oktober 2024. Bersamaan dengan itu, nasib mobil Esemka, karya bangsa yang sering dibanggakan oleh Jokowi, kini berada dalam situasi sulit. Pakar otomotif dan akademisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Martinus Pasaribu, mengungkapkan bahwa masa depan Esemka semakin tidak pasti karena persaingan di pasar otomotif yang semakin ketat. “Nasib proyek mobil Esemka ke depan masih belum jelas karena pasar otomotif Indonesia sangat kompetitif, dengan merek-merek besar yang sudah memiliki basis pelanggan yang kuat,” ujar Yannes kepada Bisnis.
Menurut Yannes, untuk terus bersaing di pasar saat ini, Esemka harus berjuang keras dalam segmen yang sudah penuh dengan merek asing. “Seharusnya Esemka masuk ke pasar ‘blue ocean’ yang belum dijamah oleh merek-merek besar otomotif multinasional,” tambahnya. Meskipun demikian, prospek Indonesia memiliki mobil merek lokal di masa depan masih cukup menjanjikan. Statistik menunjukkan bahwa rasio mobil pribadi per penduduk di negara maju berkisar antara 400 hingga 600 mobil per 1.000 penduduk, sementara di Indonesia hanya sekitar 90 mobil per 1.000 penduduk.
Yannes juga menekankan pentingnya industri otomotif untuk berinovasi, beradaptasi, dan bersaing secara efisien dalam ekonomi yang didorong oleh pasar. Dia menyatakan bahwa strategi yang sepenuhnya didorong oleh pemerintah tidak lagi realistis dalam jangka panjang karena dinamika pasar yang cepat berubah dan persaingan global yang semakin ketat.
Di sisi lain, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) tidak memberikan banyak komentar tentang mobil Esemka. Ketua Gaikindo, Jongkie Sugiarto, menjelaskan bahwa PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) – produsen mobil Esemka – bukan anggota Gaikindo. Namun, Jongkie menegaskan bahwa Gaikindo mendukung talenta-talenta Indonesia untuk memproduksi mobil di masa depan.
Mobil Esemka muncul kembali setelah lama tak terdengar, hadir di IIMS 2023 dengan dua model, Bima 1.3 dan Bima EV. Harga Esemka Bima 1.3 sekitar Rp137 juta, sementara Bima EV dibanderol Rp150 juta. Ada juga Esemka Cargo Van seharga Rp530 juta dan Passenger Van seharga Rp540 juta. Beberapa unit Esemka bahkan sudah terjual di pameran tersebut.
Dengan situasi yang tidak pasti ini, kita akan melihat bagaimana nasib mobil Esemka di masa depan. Semoga industri otomotif Indonesia terus berkembang dan menciptakan inovasi-inovasi yang dapat bersaing di pasar global. Ayo dukung produk-produk lokal dan talenta-talenta Indonesia!