Salah satu tempat wisata favorit di Tokyo, yaitu Shibuya, memutuskan untuk mengambil tindakan tegas dengan melarang minum-minum di jalanan. Aturan baru ini akan mulai diberlakukan pada Oktober 2024. Menurut CNN, larangan ini akan berlaku mulai pukul 18.00 sampai pukul 05.00 setiap hari, dan hanya orang berusia di atas 20 tahun yang boleh minum miras di Jepang.
Wali Kota Shibuya, Ken Hasebe, menyatakan bahwa meskipun telah meningkatkan patroli dalam setahun terakhir, tetapi masih banyak warga yang mabuk-mabukan di jalanan. Oleh karena itu, dibutuhkan aturan baru agar warga dapat menikmati minuman di dalam restoran. Kebijakan ini tidak mengejutkan warga sekitar, mengingat Shibuya juga pernah melarang kegiatan terkait Halloween di distrik tersebut.
Shibuya merupakan rumah bagi beberapa tempat wisata terkenal, seperti Kuil Meiji, Taman Yoyogi, dan “Perempatan Shibuya” yang terkenal sibuk. Namun, kemunculan lebih dari tiga juta wisatawan pada April dan Mei tahun ini menunjukkan dampak overtourism yang harus dihadapi Jepang. para penduduk setempat memilih untuk memberikan edukasi kepada pengunjung tentang adat istiadat lokal untuk menghindari konflik, seperti yang terjadi di Kyoto.
Di Gion, Kyoto, tempat geisha dan maiko tinggal, warga setempat telah melakukan upaya untuk mencegah pelanggaran privasi terhadap wanita-wanita tersebut. Mereka telah membagikan pamflet dan memasang poster tentang tata krama sosial di Jepang, serta meminta pengunjung untuk tidak menyentuh atau mengganggu geisha dan maiko. Namun, masih ada turis yang tidak mengindahkan aturan tersebut, hingga dewan distrik Gion akhirnya memutuskan untuk membatasi akses wisatawan ke gang-gang sempit tempat geisha biasanya keluar.
Isokazu Ota, anggota eksekutif dewan distrik Gion, menegaskan bahwa langkah tersebut diambil sebagai tindakan terdesak. Mereka akan memasang tanda-tanda pelarangan bagi wisatawan yang tidak patuh terhadap aturan. Meskipun jalan utama tetap terbuka untuk wisatawan, namun gang-gang kecil akan ditutup untuk umum. Wisatawan juga diminta untuk tidak memotret geisha dan maiko sembarangan, mengingat fenomena ‘geisha paparazzi’ yang meresahkan wanita-wanita tersebut.
Kyoto saat ini sedang berjuang melawan masalah overtourism yang semakin meresahkan warga lokal. Dengan upaya-upaya seperti larangan minum-minum di jalanan dan pembatasan akses ke daerah tertentu, diharapkan dampak negatif dari kunjungan wisatawan dapat dikurangi. Warga setempat dan otoritas kota bekerja sama untuk menjaga lingkungan dan budaya mereka tetap terjaga, tanpa harus merasa terganggu oleh perilaku kurang sopan turis asing.