Sejumlah sumber medis mengonfirmasi bahwa situasi kesehatan di Kota Rafah, Jalur Gaza Selatan, mencapai titik kritis dengan lumpuhnya seluruh rumah sakit kecuali satu. Menurut laporan tersebut, hanya Rumah Sakit Bersalin Tal Al-Sultan yang masih beroperasi, menghadapi tantangan besar untuk melayani pasien di tengah serangan terus-menerus dari Israel.
Sejak dimulainya serangan terhadap Kota Rafah, enam rumah sakit utama telah terpaksa menutup pintu mereka karena menjadi target utama serangan udara Israel. Rumah Sakit Abu Youssef Al-Najjar, Klinik Pusat Abu Al-Walid, Rumah Sakit Darurat Rafah, Rumah Sakit Khusus Kuwait, Rumah Sakit Darurat Indonesia, dan Klinik Tal Al-Sultan semuanya dilaporkan tidak lagi berfungsi.
Serangan tersebut tidak hanya mengakibatkan kerusakan fisik parah pada infrastruktur kesehatan, tetapi juga menelan korban jiwa di antara petugas kesehatan yang berjuang untuk memberikan perawatan yang diperlukan kepada para pasien.
Sumber-sumber medis dan laporan lapangan menunjukkan bahwa kehancuran rumah sakit dan pusat medis telah mengakibatkan akses masyarakat Gaza ke layanan kesehatan yang sangat terbatas. Dalam situasi di mana kebutuhan medis mendesak meningkat, akses terhadap perawatan yang layak menjadi semakin sulit bagi warga sipil yang terdampak.
Sebelumnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan sejumlah organisasi internasional telah memperingatkan tentang potensi serangan Israel yang ditujukan secara spesifik kepada sistem kesehatan dan staf medis di Jalur Gaza.
Saat ini, realitas keadaan di lapangan menegaskan kekhawatiran ini, memperlihatkan eskalasi krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di wilayah konflik ini. Kami akan terus memantau perkembangan situasi ini dan memberikan pembaruan seiring berjalannya waktu.
Krisis Kesehatan di Gaza: Penduduk Ambang Kelaparan Akibat Akses Terbatas
Hampir seluruh penduduk Gaza dilaporkan menghadapi krisis kemanusiaan yang semakin parah sejak Oktober 2023. Akses terhadap makanan penting, air bersih, dan layanan kesehatan terhambat, mendorong penduduknya menuju ambang kelaparan yang mengkhawatirkan. Laporan terbaru menunjukkan bahwa sebanyak 28 anak-anak telah meninggal dunia, bersama dengan sejumlah orang dewasa, akibat kelaparan dan dehidrasi di wilayah tersebut.
Dalam situasi di mana krisis kesehatan semakin memburuk, sistem layanan kesehatan di Gaza mengalami tekanan yang sangat besar dan tidak mampu memenuhi kebutuhan mendesak warga Palestina yang terkena dampak konflik. Serangan terhadap pekerja layanan kesehatan dan bantuan kemanusiaan, serta kurangnya pasokan medis, semakin memperparah situasi tersebut.
International Rescue Committee (IRC) telah memperingatkan akan potensi wabah penyakit menular di Gaza. Bahkan jika gencatan senjata diberlakukan segera, diperkirakan sebanyak 12.000 orang akan kehilangan nyawa mereka akibat penyakit. Lebih dari itu, hampir 90.000 orang berisiko meninggal akibat dampak kesehatan sekunder jika konflik terus meningkat.
Kondisi krisis kemanusiaan yang memburuk di Gaza membutuhkan tanggapan darurat dan upaya bersama dari komunitas internasional untuk menyelamatkan nyawa dan meringankan penderitaan penduduk yang terdampak. Peran aktif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan organisasi non-pemerintah, menjadi kunci untuk memberikan bantuan yang diperlukan dan memulihkan stabilitas kemanusiaan di wilayah tersebut.